Universitas Gajayana Malang, Raih Hibah Matching Fund Kedaireka



Universitas Gajayana Malang (Uniga) berhasil meraih hibah Matching Fund – Kedaireka dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud RI. Karena hibah itulah maka Uniga melakukan satu kolaborasi dengan mitra usaha.

Tidak hanya satu, dalam program ini Uniga memperoleh hibah untuk dua proposal sekaligus. Dengan total dana sebesar 320 juta rupiah. Selanjutnya dana itu diproyeksikan untuk mengembangkan unit usaha batik yang ada di Sragen dan industri sepatu di Jogjakarta.

Proyek ini dilaksanakan selama satu semester kedepan, mulai September sampai Desember 2021. Teknis pelaksanaannya dengan cara online maupun offline. Di akhir nanti tim akan melaporkan secara resmi sebagai pertanggungjawaban kepada Negara.

Rektor Uniga, Prof. Dr. Dyah Sawitri, SE., MM., mengatakan bahkan Matching Fund merupakan salah satu bentuk implementasi dari program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Selain Matching Fund, Uniga juga sukses mencapai hibah untuk pengembangan Kurikulum MBKM, dan transfer kredit international.

“Alhamdulillah kita bisa mendapatkan itu semua. Tidak lain itu karena keberkahan dari Allah, serta upaya maksimal yang selalu kita lakukan dalam setiap proses,” ucapnya.

Matching Fund sedang menjadi topik yang menarik di lingkungan Perguruan Tinggi saat ini. Banyak kampus berlomba-lomba untuk mendapatkan hibah tersebut. Namun lagi-lagi, tidak semua mendapatkannya. Ada proses seleksi dan kompetisi di dalamnya.

Prof Dyah bersyukur dosen dan mahasiswa Uniga mendapat kesempatan berharga tersebut. Ada banyak ilmu dan pengalaman yang akan didapat mahasiswa khususnya dalam berinteraksi dan berkolaborasi dengan dunia industri maupun masyarakat. “Program ini mengedepankan kolaborasi antara universitas dengan dunia kerja,” katanya.

Ketua APTISI Komisariat IV Wilayah VII Jawa Timur ini menuturkan, SDM yang masuk di tim ini harus punya kompetensi. Uniga melibatkan 40 mahasiswa di dua tempat. Dalam bidang ini tim mengangkat Digital Marketing untuk pertumbuhan ekonomi secara internasional.

Mahasiswa diajak untuk terlibat dalam keseluruhan proses. Mulai dari teori sampai praktik. “Tiga komponen harus terlibat langsung, yaitu dosen, mahasiswa dan dunia kerja,” paparnya.

Dalam Kedaireka ada budaya yang wajib dilestarikan, yaitu Bangga Buatan Indonesia (BBI) dan Bangga Pakai Produk Indonesia (BPPI). “Dengan budaya tersebut ada solusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Kita bangun UMKM melalui penjualan digital,” terang Dyah.

Ia menambahkan, banyak manfaat dari perolehan hibah Kemendikbud Ristek. Diantaranya bisa menjadi indikator pengukuran kinerja utama Universitas, Fakultas maupun Program Studi.

Mahasiswa yang harusnya bisa lulus dengan 144 SKS, akhirnya melampaui target tersebut. Karena Matching Fund atau sistem kredit semester memiliki bobot SKS yang besar. Bahkan kalau tingkat internasional bobotnya bisa mencapai 40 SKS. Sedangkan kerja sama antar kampus dalam negeri 20 SKS.

“Pencapaian SKS mahasiswa yang diperoleh dari beragam program MBKM tersebut dikomparasikan dengan prodi. Kelebihan SKS itulah yang menjadi indikator kinerja yang dicapai,” pungkasnya. (imm/udi)


Sumber: https://newmalangpos.id/universitas-gajayana-malang-raih-hibah-matching-fund-kedaireka


Archive

Hubungi Kami

Send